BUKAN SEMBARANG JUTEK BAG 2
"Hah?! Kamu mau mengembalikan buku itu?" Tanya Mela kaget dengan pernyataan sahabatnya.
Aisyah berniat mengembalikan buku pemberian lelaki aneh yang ditemuinya seminggu yang lalu. Buku itu masih dalam keadaan yang sama terbungkus plastik dengan rapi. Meski niat di hati sangat ingin membuka lalu membaca buku berjudul La-Tahzan ''Jangan Bersedih" itu. Namun akal berkata jangan!
"Mungkin nggak sih, kalau lelaki itu anak pelayaran?" Tanya Aisyah kepada Mela.
"Ya mungkin saja. Kamu yakin mau mengembalikan buku itu?"
"Perasaanku nggak enak, Mel!"
"Mana tau niat lelaki itu memang baik. Kenapa nggak positive tingking aja sih? Lagian gimana caranya kamu nemuin dia?"
Minggu pagi yang mendung namun tidak menghalangi para pekerja menikmati hari liburnya mereka. Aisyah mengosongkan jadwal hari ini dari kegiatan. Dia ingin menemui lelaki yang memberinya buku. Memang tidak janjian ingin bertemu, namun sifat Aisyah yang keras kepala membuatnya berinisiatif menunggu lelaki itu di halte tempat mereka bertemu pertama kali.
Sudah tiga jam lamanya Aisyah menunggu namun hasilnya nihil. Hampir memasuki waktu sholat Zduhur, Aisyah bergegas menuju masjid terdekat. Mela menyusul Aisyah ke Masjid. Setelah selesai sholat Mela mengajak Aisyah untuk makan siang. Melihat wajah kecewa sahabatnya Mela hanya geleng-geleng lalu tersenyum pelik.
"Gimana ya Mel, supaya aku bisa ketemu dengan lelaki itu?"
"Hmm, dasar cewek aneh!"
"Bukannya ngasih solusi malah ngatain aku aneh!" Gerutu Aisyah.
"Sebenernya kamu mau ngembaliin buku itu atau kangen sama dia sih?" Goda Mela mencubit lengan Aisyah lembut.
Tidak terima diusik begitu Aisyah manyun. Selera makanpun menjadi hilang. Aisyah sudah berdiri dari tempat duduknya dan berniat meninggalkan Restorant meski belum sempat makanan dipesan. Mela mencoba menahannya namun sifat keras kepala sahabatnya itu memang ibarat music Rock + Metal = nggak jelas!
"Kalau kamu tetap mau pergi tanpa makan terlebih dahulu, aku nggak akan bantuin kamu nyari lelaki itu!" Seru Mela, membuat Aisyah berhenti di depan pintu Restorant.
"Kamu mau bantuin aku nyari dia, Mel?" Tanya Aisyah dengan gairah yang berbeda.
Lalu diapun berpaling dan kembali ke tempat duduknya. Senyumannya merekah bak bunga matahari.
Mela menyodorkan buku menu kepada Aisyah tanpa sepatah katapun diucapkannya. Melainkan hanya memainkan mata dan alisnya sebagai simbol menyuruh Aisyah segera memesan. Mereka menikmati makan siangnya dengan menu Thai Food. Nampak Aisyah sangat lahap menghabiskan makanannya. Seperti sudah seminggu tidak makan. Padahal sebenarnya dia hanya ingin makan siang itu segera selesai dan pencarian segera dimulai lagi. Melihat tingkah sahabatnya yang aneh Mela hanya tersenyum.
"Abis ini kita ke Central Mall," ucap Mela.
"Ngapain ke Central Mall? Katanya mau bantuin aku nyari lelaki itu?" Tanya Aisyah dengan nada sedikit kecewa.
"Hmmm.. oneng kok nggak ilang-ilang sih kamu ini. Ya kita kesana itu buat nyari dia!"
"Kenapa Central Mall?"
"Kamu sempet kepikiran kalau dia anak pelayaran, bukan?"
"Iya, terus?"
"Ya ampun Cha, lain kali onengnya ditinggal di rumah aja jangan dibawa-bawa. Kamu tau kan Café ABC di depan Central Mall itu? Bukannya anak-anak pelayaran biasanya kalau nongkrong di sana? Ya siapa tau dia juga biasa nongkrong di sana."
Aisyah hanya tersenyum mendengarkan Mela. Namun hatinya mengatakan kalau lelaki itu tidak mungkin ada di sana. Karena dia tidak terlihat sebagai orang yang suka menghabiskan waktunya hanya untuk nongkrong. Tetapi tidak ada salahnya mencoba. Aisyah sendiri tidak tau pasti kenapa dia ingin bertemu dan mengembalikan buku itu.
Ada rasa sedikit bersalah dihatinya. Entahlah...
Setelah membayar bill mereka memutuskan untuk langsung menuju Central Mall seperti yang sudah direncanakan. Aisyah melangkah penuh harap untuk bertemu dengan lelaki itu.
Lampu merah pejalan kaki menghentikan langkah mereka dipenyebrangan jalan. Terlihat seorang kakek tua terus melangkah dengan tongkatnya untuk menyebarang meski lampu pejalan kaki telah merah. Aisyah menghampiri kakek itu sembari mengisyaratkan tangannya kepada pengendara ketika melihat sebuah mobil dengan kecepatan yang sangat laju. Ada sebagian pengendara yang malah memakinya, ada juga yang pengertian lalu menhentikan kendaraan mereka karena melihat seorang kakek yang sedang dituntunnya. Lamban langkah sang kakek membuat Aisyah merasa menjadi pusat perhatian orang-orang disekeliling. Lampu yang berganti menjadi isyarat belok dari arah berlawanan membuat tlakson para pengendara memekakan telingga. Tiinnnn....tinnnnnn.......tinnnnnn.....BRUKKK JEDERRRR PRAKKKKK!!!
"Astagfirullahal'adzim! Aisyahhhhhhhhhhhhhhhhhh......" Teriak Mela. Dan tangisnyapun pecah.
Bersambung..
-WinduMadness-
Aisyah berniat mengembalikan buku pemberian lelaki aneh yang ditemuinya seminggu yang lalu. Buku itu masih dalam keadaan yang sama terbungkus plastik dengan rapi. Meski niat di hati sangat ingin membuka lalu membaca buku berjudul La-Tahzan ''Jangan Bersedih" itu. Namun akal berkata jangan!
"Mungkin nggak sih, kalau lelaki itu anak pelayaran?" Tanya Aisyah kepada Mela.
"Ya mungkin saja. Kamu yakin mau mengembalikan buku itu?"
"Perasaanku nggak enak, Mel!"
"Mana tau niat lelaki itu memang baik. Kenapa nggak positive tingking aja sih? Lagian gimana caranya kamu nemuin dia?"
Minggu pagi yang mendung namun tidak menghalangi para pekerja menikmati hari liburnya mereka. Aisyah mengosongkan jadwal hari ini dari kegiatan. Dia ingin menemui lelaki yang memberinya buku. Memang tidak janjian ingin bertemu, namun sifat Aisyah yang keras kepala membuatnya berinisiatif menunggu lelaki itu di halte tempat mereka bertemu pertama kali.
Sudah tiga jam lamanya Aisyah menunggu namun hasilnya nihil. Hampir memasuki waktu sholat Zduhur, Aisyah bergegas menuju masjid terdekat. Mela menyusul Aisyah ke Masjid. Setelah selesai sholat Mela mengajak Aisyah untuk makan siang. Melihat wajah kecewa sahabatnya Mela hanya geleng-geleng lalu tersenyum pelik.
"Gimana ya Mel, supaya aku bisa ketemu dengan lelaki itu?"
"Hmm, dasar cewek aneh!"
"Bukannya ngasih solusi malah ngatain aku aneh!" Gerutu Aisyah.
"Sebenernya kamu mau ngembaliin buku itu atau kangen sama dia sih?" Goda Mela mencubit lengan Aisyah lembut.
Tidak terima diusik begitu Aisyah manyun. Selera makanpun menjadi hilang. Aisyah sudah berdiri dari tempat duduknya dan berniat meninggalkan Restorant meski belum sempat makanan dipesan. Mela mencoba menahannya namun sifat keras kepala sahabatnya itu memang ibarat music Rock + Metal = nggak jelas!
"Kalau kamu tetap mau pergi tanpa makan terlebih dahulu, aku nggak akan bantuin kamu nyari lelaki itu!" Seru Mela, membuat Aisyah berhenti di depan pintu Restorant.
"Kamu mau bantuin aku nyari dia, Mel?" Tanya Aisyah dengan gairah yang berbeda.
Lalu diapun berpaling dan kembali ke tempat duduknya. Senyumannya merekah bak bunga matahari.
Mela menyodorkan buku menu kepada Aisyah tanpa sepatah katapun diucapkannya. Melainkan hanya memainkan mata dan alisnya sebagai simbol menyuruh Aisyah segera memesan. Mereka menikmati makan siangnya dengan menu Thai Food. Nampak Aisyah sangat lahap menghabiskan makanannya. Seperti sudah seminggu tidak makan. Padahal sebenarnya dia hanya ingin makan siang itu segera selesai dan pencarian segera dimulai lagi. Melihat tingkah sahabatnya yang aneh Mela hanya tersenyum.
"Abis ini kita ke Central Mall," ucap Mela.
"Ngapain ke Central Mall? Katanya mau bantuin aku nyari lelaki itu?" Tanya Aisyah dengan nada sedikit kecewa.
"Hmmm.. oneng kok nggak ilang-ilang sih kamu ini. Ya kita kesana itu buat nyari dia!"
"Kenapa Central Mall?"
"Kamu sempet kepikiran kalau dia anak pelayaran, bukan?"
"Iya, terus?"
"Ya ampun Cha, lain kali onengnya ditinggal di rumah aja jangan dibawa-bawa. Kamu tau kan Café ABC di depan Central Mall itu? Bukannya anak-anak pelayaran biasanya kalau nongkrong di sana? Ya siapa tau dia juga biasa nongkrong di sana."
Aisyah hanya tersenyum mendengarkan Mela. Namun hatinya mengatakan kalau lelaki itu tidak mungkin ada di sana. Karena dia tidak terlihat sebagai orang yang suka menghabiskan waktunya hanya untuk nongkrong. Tetapi tidak ada salahnya mencoba. Aisyah sendiri tidak tau pasti kenapa dia ingin bertemu dan mengembalikan buku itu.
Ada rasa sedikit bersalah dihatinya. Entahlah...
Setelah membayar bill mereka memutuskan untuk langsung menuju Central Mall seperti yang sudah direncanakan. Aisyah melangkah penuh harap untuk bertemu dengan lelaki itu.
Lampu merah pejalan kaki menghentikan langkah mereka dipenyebrangan jalan. Terlihat seorang kakek tua terus melangkah dengan tongkatnya untuk menyebarang meski lampu pejalan kaki telah merah. Aisyah menghampiri kakek itu sembari mengisyaratkan tangannya kepada pengendara ketika melihat sebuah mobil dengan kecepatan yang sangat laju. Ada sebagian pengendara yang malah memakinya, ada juga yang pengertian lalu menhentikan kendaraan mereka karena melihat seorang kakek yang sedang dituntunnya. Lamban langkah sang kakek membuat Aisyah merasa menjadi pusat perhatian orang-orang disekeliling. Lampu yang berganti menjadi isyarat belok dari arah berlawanan membuat tlakson para pengendara memekakan telingga. Tiinnnn....tinnnnnn.......tinnnnnn.....BRUKKK JEDERRRR PRAKKKKK!!!
"Astagfirullahal'adzim! Aisyahhhhhhhhhhhhhhhhhh......" Teriak Mela. Dan tangisnyapun pecah.
Bersambung..
-WinduMadness-
Yaaaaaa bersambung ,, kelanjutanya mana
ReplyDelete