KABAR DARI GOA
Aku bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal hati ini telah memaksaku mengeluarkan gejolaknya. Iya, aku merindukannya. Baru beberapa hari saja dia pulang kampung. Bagaimana kabarnya? Dia hanya mengabariku ketika baru setengah jalan, selanjutnya?
Tentu aku kawatir. Dia sahabatku. Aku hanya ingin memastikan dirinya baik-baik saja. Apa aku harus menghubunginya terlebih dulu? Ah, tapi dia janji akan menghubungiku. Kuurungkan niat itu. Jari jemariku memainkan gagang cangkir berisi kopi latte di meja, aku mencoba menghibur diri. Pasti dia sedang melepas rindu dengan keluarganya. Dia sedang bahagia menikmati kebersamaan itu. Biarkan sajalah... Aku tidak mau mengganggunya. Dan aku yakin dia baik-baik saja.
"Aku akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik, ya..." Ucapnya lewat telepon malam itu sebelum Rahad pulang.
Aku hanya mengangguk meski aku tau Rahad tidak melihat anggukanku. Ntah ada apa perasaanku tidak enak sama sekali. Seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi. Tapi apa? Entahlah...
"Hello Sya...kamu mendengarkanku?"
"Iya, kamu juga jaga diri. Aku akan kangen sekali denganmu."
"Aku akan membawakanmu sesuatu dari Goa,"
"Ah, yang penting kamu segera kembali saja itu sudah cukup sesuatu bagiku." Ucapku datar.
Seminggu, dua minggu... Senyap. Kemana gerangan? Baik-baik sajakah dia? Perasaanku mulail gelisah. Apa lebih baik kau menghubunginya dulu saja? Tapi dia sudah berjanji. Aku sangat benci dengan pengingkaran! Namun tidak dapat dinafikan gejolak rindu ini yang semakin menjadi.
"Hei, kamu baik-baik saja kan? Bagaimana keluargamu?" Sent.
Akhirnya aku akur dengan perasaan amarahku. Pesan singkatpun kukirim dengan perasaan yang bercampur aduk. Beberapa saat kemudian pesan itu dibaca olehnya, kulihat dari laporan tanda centang double yang bercahaya. Namun dia tak kunjung membalasnya.
Namun sehari kemudian balasan yang kunantikanpun menggetarkan ponselku. Hanya sekedar baik jawabannya, juga bertanya kabar balik kepadaku. Obrolan kami berlannjut yang kemudian membuatku lupa akan amarah itu. Mungkin amarah itu hanya jelmaan rasa rinduku yang meluap terhadap sahabatku.
Hari ini sedikit berbeda, aku sangat semangat sekali. Ya, karena besok adalah hari minggu. Rahad akan kembali ke kota Singa. Dia berjanji untuk meneleponku begitu dia menginjakan kakinya di Negara perjuangan ini.
Tentu aku kawatir. Dia sahabatku. Aku hanya ingin memastikan dirinya baik-baik saja. Apa aku harus menghubunginya terlebih dulu? Ah, tapi dia janji akan menghubungiku. Kuurungkan niat itu. Jari jemariku memainkan gagang cangkir berisi kopi latte di meja, aku mencoba menghibur diri. Pasti dia sedang melepas rindu dengan keluarganya. Dia sedang bahagia menikmati kebersamaan itu. Biarkan sajalah... Aku tidak mau mengganggunya. Dan aku yakin dia baik-baik saja.
"Aku akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik, ya..." Ucapnya lewat telepon malam itu sebelum Rahad pulang.
Aku hanya mengangguk meski aku tau Rahad tidak melihat anggukanku. Ntah ada apa perasaanku tidak enak sama sekali. Seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi. Tapi apa? Entahlah...
"Hello Sya...kamu mendengarkanku?"
"Iya, kamu juga jaga diri. Aku akan kangen sekali denganmu."
"Aku akan membawakanmu sesuatu dari Goa,"
"Ah, yang penting kamu segera kembali saja itu sudah cukup sesuatu bagiku." Ucapku datar.
Seminggu, dua minggu... Senyap. Kemana gerangan? Baik-baik sajakah dia? Perasaanku mulail gelisah. Apa lebih baik kau menghubunginya dulu saja? Tapi dia sudah berjanji. Aku sangat benci dengan pengingkaran! Namun tidak dapat dinafikan gejolak rindu ini yang semakin menjadi.
"Hei, kamu baik-baik saja kan? Bagaimana keluargamu?" Sent.
Akhirnya aku akur dengan perasaan amarahku. Pesan singkatpun kukirim dengan perasaan yang bercampur aduk. Beberapa saat kemudian pesan itu dibaca olehnya, kulihat dari laporan tanda centang double yang bercahaya. Namun dia tak kunjung membalasnya.
Namun sehari kemudian balasan yang kunantikanpun menggetarkan ponselku. Hanya sekedar baik jawabannya, juga bertanya kabar balik kepadaku. Obrolan kami berlannjut yang kemudian membuatku lupa akan amarah itu. Mungkin amarah itu hanya jelmaan rasa rinduku yang meluap terhadap sahabatku.
Hari ini sedikit berbeda, aku sangat semangat sekali. Ya, karena besok adalah hari minggu. Rahad akan kembali ke kota Singa. Dia berjanji untuk meneleponku begitu dia menginjakan kakinya di Negara perjuangan ini.
Comments
Post a Comment